PROBOLINGGO Jawara Post – Polemik mengenai pemangkasan anggaran pembinaan cabang olahraga (cabor) Kick Boxing Indonesia (KBI) Kabupaten Probolinggo memicu diskusi hangat di kalangan pegiat olahraga dan masyarakat. Isu ini mencuat usai beredarnya informasi di grup WhatsApp publik pada Sabtu (5/7/2025), yang menyebut adanya pemotongan anggaran KBI hingga 50 persen dibanding tahun sebelumnya.
Ketua KBI Kabupaten Probolinggo, Ibnu Alwan, membenarkan bahwa alokasi anggaran untuk cabor yang dipimpinnya pada tahun ini turun dari Rp60 juta menjadi Rp30 juta. Bahkan, dari total anggaran tersebut, baru Rp20 juta yang dicairkan pada tahap pertama, sementara sisanya menunggu pencairan tahap kedua.
“Yang menjadi perhatian kami bukan semata jumlahnya, tapi perbandingan dengan cabor lain. Ada yang hanya dipotong 10 persen, ada yang 22 persen. Bahkan, data kami menunjukkan cabor lain mengalami pemangkasan hingga 63 persen, tetapi ketika kami tanya langsung, jawabannya berbeda. Ini menimbulkan pertanyaan di kalangan pengurus,” ujar Ibnu saat dikonfirmasi, Minggu (6/7/2025).
Untuk diketahui, berdasarkan data yang dihimpun, cabor Paralayang misalnya, dari Rp50 juta tahun lalu menjadi Rp45 juta (dipotong 10 persen). Taekwondo dari Rp90 juta menjadi Rp70 juta (22 persen), dan Federasi Olahraga Petanque Indonesia (FOPI) dari Rp30 juta menjadi Rp20 juta (33 persen).
Meski demikian, KBI tercatat sebagai salah satu cabor yang konsisten berprestasi. Pada ajang Porprov Jawa Timur 2025 di Kota Malang, Sabtu (28/6/2025), atlet KBI Layla Ramadhani Yusgianti berhasil mempersembahkan medali emas di kelas Full Contact 60 Kg. Selain itu, pada Kejurprov Jatim di Mojokerto, April lalu, KBI meraih total enam medali: satu emas, dua perak, dan tiga perunggu.
“Kami tidak dalam posisi menuntut lebih. Hanya berharap adanya keadilan dan transparansi agar pembinaan olahraga di daerah ini berjalan maksimal,” tambah Ibnu.
Isu pemotongan anggaran ini juga mendapat perhatian dari tokoh masyarakat Kabupaten Probolinggo, Habib Mustofa Assegaf. Menurutnya, pengelolaan dana publik harus dilakukan secara akuntabel dan terbuka agar tidak menimbulkan prasangka atau ketidakpercayaan.
“Semua lembaga dan organisasi perlu membuka diri terhadap evaluasi dan kritik. Kita ingin membangun Probolinggo secara bersama, bukan berdasarkan kepentingan kelompok atau pribadi,” tutur Habib.
Habib juga menyoroti viralnya video seorang atlet Muaythai asal Kecamatan Tongas, Dimas Lukito Wardhana (23), yang baru saja mengharumkan nama Indonesia di Asian Muaythai Championship 2025 di Vietnam. Dalam video berdurasi 44 detik itu, Dimas tampak diarak dengan gerobak sederhana oleh warga setempat sebagai bentuk apresiasi.
“Ini bentuk rasa syukur rakyat kecil yang luar biasa. Namun juga menjadi refleksi bahwa kita harus lebih menghargai jerih payah atlet daerah yang sudah mengharumkan nama bangsa,” tambahnya.
Saat dikonfirmasi soal polemik ini, Ketua KONI Kabupaten Probolinggo, Zainul Hasan, memberikan pernyataan singkat. “Sudah tidak perlu dibahas, clear,” tulisnya melalui pesan WhatsApp kepada media, Minggu (6/7/2025).
Meski demikian, publik berharap KONI Kabupaten Probolinggo dapat memberikan penjelasan yang lebih terbuka terkait mekanisme distribusi dan rasionalisasi anggaran masing-masing cabor, agar tidak terjadi kesalahpahaman dan tetap menjaga semangat kebersamaan dalam memajukan dunia olahraga di daerah. (Fik)