TANAH BABATAN
menuju
JATIBANTENG
Konon Ceritanya, setelah mengalahkan gerombolan BANTENG LIAR, raja dan ratu banteng pun dikalahkan oleh Santri yang dipimpin Raden Bagus Khasyim alias Ki Patih Alos, maka tanah babatan diatur untuk dijaga oleh tujuh santri dengan tugas dan daerah masing masing. Sedangkan seorang santrinya lagi, ikut mendampingi Ki Patih Alos untuk kembali ke Dalem Tengah ( utara alun alun) di wilayah Kademangan Besuki.
Ceritanya, tanah babatan sudah diberi nama oleh KI Patih Alos sekitaran sebelum tahun 1890 M, sesuai dengan akurasi keterangan diperkirakan itu pada sekitar tahun 1778 – 1780 M. Beragam peristiwa pun terjadi, serta banyak hal yang dialami berikut pula dengan tanah babatan atau kawasan baru yang juga disebut kala itu. Untuk lokasi gerombolan banteng ( sarang banteng dibawah Pohon Jati Besar, oleh Ki Patih Alos diberi sebutan nama : pohon Jati dan Hewan Banteng ( Jati dan Banteng) lalu “JATIBANTENG”.
(by.Jovano. 1778 Masehi)
Diceritakan bahwa dari ketujuh santri yang diberi amanah tersebut, santri tertua atau yang dianggap dituakan disebut dan biasa dipanggil RAMA KAI. Makam Rama Kai berada di Desa Wringinanom, serta melegenda sebagai sesepuh para wali, serta diyakini kalau juga murid Raden Wiro Broto ( Kyai Abdoerahman) ayahanda dari Raden Bagus Khasyim alias Ki Patih Alos. Singkatnya, menyebarlah para santri ke sejumlah kawasan tanah Jatibanteng dan sekitarnya.
Dari cerita ini, Setelah kawasan Jatibanteng munculah nama dari beberapa legenda yang hingga saat ini kawasan itu, berubah menjadi pedesaan. mMasing masing daerah mulai dari Cyabg diaebut CURAHSURI, WRINGIANOM, PATEMON, KEMBANGSARI, SUMBERANYAR, PATEGALAN dan SEMAMBUNG.
Diceritakan, setelah Ki Patih Alos kembali ke Dalem Tengah, beliau juga langsung meminta sejumlah Santri nya yang dianggap mampuni, untuk menyusul ketujuh santri sebelumnya, guna membantu memperluas tanah babatan, hingga sampai ke daerah Sumber Argo, dikaki Gunung Argopuro kawasan yang dikenal bagian kekuasaan sang Dewi Rengganis.
Torehan peristiwa telah meninggalkan jejak sejarah dengan sebutan sebutan kala itu, dimana kawasan itu seiring zaman berubah menjadi pedesaan dan kini hanya bisa mengenal nama Bujuk ( pembabat) masing masing. Atas berkembangnya zaman, terjadi pemekaran wilayah, awalnya 1 teretolrial Jatibanteng, lalu dibagi menjadi dua, sebelah timur membentuk Kecamatan baru yang diberi nama Sumber Malang, sedang satunya tetap Jatibanteng.
( by. Jovano Alviansyah)
Kembali ke JATIBANTENG….
Dilanjutkan cerita turun temurun kalau Rama Kai membagi kawasan kepada masing masing santri, sesuai kemampuan dan petunjuk sang Maha guru ( Ki Patih Alos). Bahkan ada legenda yang tidak banyak diketahui, diantara santri itu, ada seorang santri yang mengawal perairan, dari sumber mata air( hulu ke hilir). Ia mengambang diatas air, sehingga dijuluki BUJUK AMBENGAN.
Ditanah babatan Jati banteng, para santri yang telah menerima amanah dari sang Maha guru, giat dan gigih membuka lahan pertanian, bercocok tanam, serta mendirikan huniaan untuk dijadikan tempat berteduh dan beristirahat serta menyatukan diri kepada sang pencipta.
Kabar tanah babatan yang dikabarkan subur dan mampu menjamin kehidupan kala itu, semakin ramai didatangi penduduk dari pinggiran pantai, sehingga yang semula gubuk, kini mulai bermunculan tempat hunian baru menjadi rumpun ( kelompok). Sebutan pun dari Dukuh (pedukuhan), kampung ( perkampungan), hingga Dusun ( bawahan Desa).
Diceritakan, Santri Ki Patih Alos yang bersama Rama Kai, mampu menata pemukiman berbaris ( berkelompok) demi alasan keamanan, tepatnya di Nogosromo. Beliau dikenal dengan sebutan Bujuk Beris. Kawasan ini banyak penduduk nya, sehingga BUJUK BERIS berhasil mendidik santri untuk melanjutkan, menjaga dan melindungi rakyat sesuai amanah sang Maha guru. Beliau dikenal dengan sebutan Bujuk Manis dan Bujuk Pote, Bujuk Atot, Bujuk Sekar, Bujuk Ghigir, Bujuk Anjeng, Bujuk Mang dan Bujuk Anten. Reil, kebanyakan makam bujuk ini berada di Dusun Secangan.
(by.Jovano Alviansyah).
Jatibanteng bagian timur ini semakin padat penghuninya, sehingga berjalan nya waktu menceritakan kalau dari salah seorang santri Bujuk Beris, demi terkendali penduduk tanah babatan, maka diangkat seorang tetua ( Ki bekel) atau pemimpin dibawah Demang KI PATIH ALOS (kedemangan). Di ibaratkan pedukuhan, Ki Bekel adalah ketua daerah yang mulai berbentuk pedukuhan namun tersebar penduduk dengan rumah (pemukiman) berjarak. Ia dipanggil KI BEKEL ASDHIMA. diperkirakan, ia memimpin kawasan sekitar Jatibanteng bagian barat dan timur, sekitar ditahun 1900 an. Makam Ki Asdhima berada di Dusun Nogosromo.
Zaman pun terus berjalan, lahan pertanian semakin luas, pemukiman semakin padat. Dari sebelumnya yang berjarak cukup jauh, antar rumah sudah semakin dekat, alat komunikasi pun dibuat seperti kentongan ( bambu dilubangi) ataupun beduk ( kulit hewan tutup lubang kayu). Pelajaran dari peristiwa yang dialami penduduk tanah babatan pun, menambah pengetahuan dengan isyarat bunyi kentongan sebagai pertanda macam macam. Kode kode itu berjalan alami, dan menjadi pelajaran turun temurun.
Seiring itu pula, dibagian barat tanah babatan Jatibanteng, ada cerita legenda yang akhirnya memunculkan pemimpin tersendiri.
TANAH BABATAN
menuju
JATIBANTENG
DICERITAKAN, Setelah BRAHIM alias Pak SOEMANTRI menjadi penerus jabatan ( PJ), masa masa ini sistem pemerintahan masih kental dengan bayang bayang kolonial. Orde Baru masih banyak mengadopsi gaya feodalisme. Di pemerintahan ini, SAMIROEN sebagai carik 1 atau dikenal wakil petinggi. Sedangkan Rahmat menjadi staf administrasi. Setelah cukup lama PJ Soemantri ( 1983 -1999 M), maka PJ dilanjutkan oleh SAMIROEN ( 1999).
Diceritakan, Paska naiknya Samiroen sebagai PJ, sistem demokrasi semakin maju dan pola pikir masyarakat semakin maju kedepan. Seiring itu, sistem demokrasi juga sudah masuk pada pemilihan secara terbuka, dan pemilihan pemimpin sudah secara langsung. Ahirnya, untuk melanjutkan kepemimpinan di Desa Jatibanteng, diputuskan untuk menggelar pemilihan kepala desa ( PILKADES).
Diceritakan, beberapa waktu sebelumnya, Nursidi Nurianto adalah pria yang dikenal dekat dengan para pejabat. Dia juga dikenal sering komunikasi dengan orang lapangan. Kemudian, ia menerima petunjuk untuk naik mencalonkan diri sebagai kepala desa. Hal itu dilakukan, pilkades pun langsung di gelar. Alhasil, Nursidi Nurianto alias NURSIDIN, terpilih. ia menjabat satu priode ( 2000 – 2005 M) .
TANAH BABATAN Dipimpin oleh
RAMA KAI
Murid Kyai Raden Bagus Khasyim yang kemudian pindah ke Patemon 1880. Tanah babatan sudah diberi nama oleh KI Patih Alos
1890 M.
KI ASDHIMA
Pak Kuwu
1900 – 1917
MATRAH
1917 – 1939
//Pak Kuwu / Kampung
PAK MARYAM
1928 – 1939
//Pak Kuwu / Kampung
PAK SOEMO DHIRJO
1939 – 1958
Kampung Miskun
PAK SOEROKSO SOEMO (1958 – 1970 M
Perangkat desa :
* Soerokso
* Pak Sit Harun
* Sugrima
* Kasun Miskun
RAPIK ( TJIPTO HARSONO) TUN
1970 – 1982 M
Perangkat desa :
– Soerokso
– Brahim ( Soemantri)
– Pak Sit Harun
KASUN :
Secangan – Asmojo
Nogosromo –
Dauh –
Krastal – Sarijo
Setimbo – Tajar
Manding – Asur
Krajan – P Mi
BRAHIM ( PAK SOEMANTRI)
1983 – 1999 M
// Samirun carik
PJ SAMIROEN 1999 M
Carik Brahim ( Pak Soemantri)
Kaur : Soerokso
2000 PEMILIHAN DG COBLOSAN
NURSIDI NURIYANTO ( NURSIDIN)
// 2000 – 2005 M
#PJ SUNARJI
BUDIONO, SPd
2005- 2010
SAHRI, SPd
2010 – 2015
DWI KURNIADI, SPd
// 2015 – 2020
PJ SUNARJI
MUSAWIR, SPd
2020 – 2025 + 2
Penulis : JOVANO ALVIANSYAH— JAWARA GROUP
Jika ada masukan monggo isi kolom komentar ✍️2025