Cerita Rakyat : Legenda Dusun Setimbo

Dongeng Dari ujung Desa sebuah pedukuhan yang bernama Serimbo

DIKISAHKAN, Setelah masa babatan tanah Jatibanteng, dibagian barat ke selatan ada sebuah lahan pertanian yang merupakan hilir dari sumber mata air sibawah pohon beringin besar bernama Weinganom. Lahan yang begitu terhampar dengan sebelah barat bukit dan sebelah timur agak ke selatan bukit, sangat kesulitan air untuk membuat lahan pertanian. Penduduk nya hanya bisa bercocok tanam ketika musim hujan tiba.

Nah, dari keadaan itu, muncullah seorang santri dari Raden Bagus Khasyim yang setiap harinya menyimpan air dengan tempayan dari pelepah pinang. Melihat tempayan itu bisa menyimpan air, maka sebagian santri membuat timba dari pelepah pinang pula. Sehingga, ketika hendak mengangkut air dari sumber mata air yang biasa menggunakan batang bambu, kini lebih banyak dengan menggunakan timba dari pelepah pinang itu.

Berjalannya waktu ahirnya orang yang mampu menyimpan air dengan pelepah pinang yang dirakit melalui tapa dan kejunilan ilmunya, diberi julukan BUJUK SIMPEN ( pini sepuh yang mampu menyimpan). Sementara, santri yang mengangkut air dengan menunggang pelepah kelapa ( krocok) diberi julukan BUJUK KROCOK. Sedangkan daerah yang dikenal dengan timba pelepah pinang ini, disebut sebut Setimba ( satu timba) yang lebih kental diaebut Setimbo, ahirnya daerah ini diberi nama SETIMBO.

Dengan keberhasilan itu, penduduk Setimbo semakin sejahtera,  karena beberapa tanaman bisa ditanam tanpa harus menunggu turunnya hujan. Penduduk Setimbo jika hendak menanam benih sayuran dan pohon berbuah, mengambil air ke sumber mata air dengan timba pelepah pinang.

Legenda ini diceritakan turun temurun, sampai zaman mulai maju dan berkembang, dimana pada ahirnya timba dari pelepah pinang ini mulai tergeser dengan adanya timba seng dimasa penjajahan Belanda dan Jepang,  Sementara, ada sebagian lagi menggunakan daun aren menjadi timba ( wadah air) juga sebagai wadah  cairan aren yang kemudian diolah menjadi gula aren.

Namun, kisah satu timba atau se timba lalu dikenal Setimbo, tetap melekat dihati masyarakat. Hingga kini, daerah yang sebelumnya merupakan pesukuhan, berubah menjadi perkampungan atau Dusun. Dari daerah ini, muncul  Pak Maryam, Samiroen, Dirjo ( Pak Soemo), Rapik alias Tjipto Harsono ( TUN), Soemo ( Pak Soerokso), Brahim ( Pak Soemantri), NURSIDIN ( Nursidi Nuriyanto), Sahri, Dwi Kurniadi, Senarai dan kemudian Musawir. Mereka adalah orang orang yang menjabat sebagai pemimpin desa Jatibanteng.

Bersambung…..



Menyingkap Tabir Menguak Fakta