LEGENDA WERINGIN ANOM
Oleh : Jovano Alviansyah
DIKISAHKAN, Pada masa perluasan tanah babatan Besuki kebagian selatan, diperkirakan pada tahun 1778 masehi, Raden Bagus Khasyim atau lebih dikenal dengan Ki Patih Alos, mengajak kedelapan santrinya memperluas tanah babatan Besuki kebagian selatan. Mulai dari Langkap, masuk kawasan Bloro, Petak Taman, lalu Dauh, tibalah kesebuah tempat dimana rombongan ini mengalahkan gerombolan banteng liar yang kemudian tempat itu diberi nama JATI BANTENG.
Dikisahkan, dikala berhasil membuat gerombolan banteng liat terluka dan dipukul mundur, hewan banteng lari ke bagian timur selatan semakin masuk ke tengah hutan belantara. Nah, ketika itulah terdengar gauman menggelegar. Suara itu terdengar muncul dari atas bukit yang kini dikenal dengan kawasan Perhutani, petak 44 KRPH Jatibanteng. Daerah itu dikenal mistis, karena di lembah bukit terdapat goa dengan sisi tebing terjal. Goa itu kini dikenal masuk disebut dam ( bendungan air) Goa atau Dam Goa.
Dikisahkan, ketika rombongan Ki Patih Alos alias Raden Bagus Khasyim mendengar suara itu, mereka kebingungan. Suara ngakak dengan dibarengi hembusan angin, semakin membuat bulu kuduk berdiri. Gauman itu terus menggelegar, hingga hari menjelang petang. Sementara, Raden Bagus Khasyim masih tetap berada di tanah babatan Jatibanteng, seraya membangun gubuk untuk sholat berjamaah dan hunian bermalam.
Dikisahkan, gubuk yang semula langgar, kemudian diperbesar hingga saat ini dikenal dengan sebutan masjid, gubuk itu saat ini menjadi masjid jamik Jatibanteng. Ditempat ini pula, Ki Patih Alos mendapat petunjuk dari perjalanan ghoibnya. Ia bertemu dengan seorang wanita yang kemudian diketahui kalau itu Dewi Rengganis. Perempuan dengan mahkota emas berparas cantik itu menyampaikan…
“Wahai kyai… Ketahuilah.. Gauman itu berasal dari se ekor naga betina. Naga itu dipanggil Nogo Sromo atau naga betina. Sementara, pasangan nya berada di seberang bikit arah ke gunung Agung. Naga itu mengaum karena mencium bau darah, mungkin bau darah itu dari gerombolan bantenh yang terluka yang telah kalian kalahkan.
Berhati hatilah…. Jangan memancing kemarahannya…..
** begitu tutur Dewi Rengganis.
Dikisahkan, bukit yang biasa dijadikan tempat Dewi Rengganis berkomunikasi dengan bangsa lelembut lainnya, dijaga oleh dua naga raksasa, dimana yang betina disebut Nogo Sromo. Tempat itu menyisakan puing puing bangunan kuno, ada patung dan batu atau Sarkopagus, namun karena keserakahan manusia, tempat itu rusak berserakan, banyak benda dijarah oleh pihak tak bertanggung jawab. Bukit itu berada di seberang sungai Dam Goa, selatan Desa Blimbing Besuki. Jika dari arah barat, bukit ini berada disebelah timur selatan Kantor Balai Desa Jatibanteng, Kecamatan Jatibanteng, pos 68357 Situbondo.
Dikisahkan, Nogosromo ketika melepas kepergian pasangan nya, ia berjanji akan setia menjaga tempat persinggahan Dewi Rengganis, termasuk keberadaan sumber mata air yang dikenal Sumber Anyar atau Desa Sumber Anyar. Ditempat itu juga tidak ada pernah se ekor pun banteng mendatangi lokasi itu. Gerombolan banteng liar memilih mengitari bukit yang tidak begitu tinggi itu. Sehingga, keberadaan tempat yang banyak hamparan rumput dan batu besar, tertata dan masih tetap terjaga.
Dikisahkan, pada saat Rombongan Ki Patih Alos atau Raden Bagus Khasyim telah menemukan sumber mata air baru ( SumberAnyar), lalu menemukan banteng yang semula terluka saat pertempuran banyak yang mati, hingga lokasi itu disebut banteng mati, sang Patih asal Besuki ini kemudian mengusir Nogosromo secara halus. Dengan kedigdayaan nya, dibantu dzikir doa bersama para santri, ahirnya sang naga pergi dari daerah babatan nya bernama Jatibanteng.
Dikisahkan, setelah dirasa sang naga telah pergi menyusul pasangannya masuk kedalam goa, Ki Patih Alos lalu mengajak para santrinya kembali ke tanah babatan Jatibanteng. Ditempat ini, Raden Bagus Khasyim mengamanahkan kepada santrinya agar terus melanjutkan perluasan tanah babatan. Serta, mengayomi dan melindungi rakyat yang nantinya akan tinggal di tanah babatan. Begitu juga penekanan itu disampaikan kepada santri yang diberi kewengan daerah babatan bagian timur ke selatan. Dia bersama santri lain, telah menunaikan amanah itu, daerah Nogosromo dipadati penduduk dan banyak lahan pertanian. Ia dikenal dengan sesepuh atau pembabat dengan sebutan Bujuk Beris. Di sekitar nya juga ditemukan makam para bujuk lain, yang diyakini oleh masyarakat merupakan anak cucu Bujuk Beris, sebagian lagi diyakini sahabat seperjuangannya.
Nogosromo, dalam catatan KPH Bondowoso, berada di petak 44 dan lahan ini juga telah di PKS kan dengan LMDH Jatibanteng. Sebagian lahan tumbuh pohon mahoni, sebagian pohon mimbo, sebagian lagi pohon jati. Sedangkan yang terhampar dijadikan ladang oleh masyarakat untuk bercocok tanam.
Demikian sekilas legenda Nogosromo dari cerita rakyat turun temurun.
Jika ada kekurangan atau masukan, silahkan isi kolom komentar atau Chat WA : 085259967445
Jovano Alasan syah













