PROBOLINGGO, JP — Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang semestinya menjadi solusi atas persoalan gizi anak sekolah, justru menimbulkan keprihatinan. Pada Selasa dan Rabu, 10–11 Juni 2025, sejumlah siswa TK dan SD di Kecamatan Kotaanyar, Kabupaten Probolinggo, disebut menerima makanan dengan kualitas yang dipertanyakan.
Bau tak sedap, nasi yang belum matang sempurna, serta lauk seperti ikan dan ayam yang dinilai kurang layak konsumsi menjadi keluhan utama. “Bau nasinya tidak enak, dan lauknya seperti sudah basi,” ujar salah satu guru saat ditemui tim Jawara Post, Jumat (13/6/2025).
Pada hari berikutnya, distribusi kembali dilakukan dengan menu nasi uduk. Namun, menu ini juga dinilai tak sesuai dengan kebutuhan gizi anak-anak usia sekolah dasar.
Masih di hari Jumat, tim media mendatangi salah satu SD yang menjadi penerima program. Seorang guru membenarkan bahwa makanan pada Selasa dan Rabu memang bermasalah. “Hari ini anak-anak hanya dapat susu kotak kecil, jeruk, dan roti. Mungkin karena hari Jumat,” ujarnya lirih.
Tak berhenti di situ, awak media juga berhasil menemui dua oknum personel dari unsur TNI dan Polri yang ikut mengawal distribusi program MBG. Keduanya membenarkan adanya kejadian makanan kurang layak, bahkan menyebut tidak ada pemberitahuan sebelumnya terkait pengawalan kegiatan. “Iya, kami juga kaget. Tidak ada koordinasi di awal,” ujar salah satu dari mereka.
Sementara itu, HA — pemilik dapur asal Desa Triwungan yang disebut sebagai penyedia logistik makanan — tidak membantah tudingan. Saat dikonfirmasi via sambungan telepon, ia mengatakan bahwa dirinya sudah mengingatkan kepala dapur untuk berkoordinasi dengan para guru. “Memang di hari pertama ada beberapa masukan dari masyarakat, tapi hari-hari berikutnya sudah kami perbaiki,” kata HA.
Namun, upaya untuk mengonfirmasi lebih lanjut pada Senin (16/6/2025) kandas. Janji temu dengan HA di dapur miliknya batal karena ia tidak merespons panggilan telepon meskipun terdengar berdering.
Padahal, program MBG ini dirancang untuk menekan angka stunting dan meningkatkan asupan gizi anak. Sayangnya, dugaan kelalaian dalam distribusi makanan justru mencoreng niat mulia tersebut.
Ini menjadi catatan penting bagi semua pihak. Jangan biarkan program baik menjadi buruk hanya karena lalai menjaga kualitas. (Fik)