PROBOLINGGO, Jawara Post – Duka itu belum kering di rumah sederhana milik keluarga almarhumah Dana Mentri (41) di Dusun Gundal, Desa Sindetlami, Kecamatan Besuk. Aroma dupa masih samar, tangis keluarga sesekali pecah, menyayat keheningan. Di balik kehilangan itu, ada pesan yang menggetarkan hati: tentang betapa berharganya waktu dan nyawa dalam pelayanan kesehatan.
Kamis (30/10/2025), Komisi IV DPRD Kabupaten Probolinggo datang menyambangi rumah duka. Rombongan dipimpin Ketua Komisi IV Ning Ayu, didampingi Sekretaris Hj. Umil, serta anggota Arief Hidayat dan Khoirul Anam. Mereka datang bukan sekadar menyampaikan belasungkawa, tetapi membawa tekad untuk memastikan tragedi serupa tak kembali menorehkan luka di bumi Probolinggo.
Di hadapan keluarga yang masih berduka, Ning Ayu menegaskan bahwa keselamatan pasien harus menjadi panglima dalam setiap tindakan tenaga kesehatan.
“Urusan berkas bisa belakangan. Yang utama adalah nyawa pasien. Jangan sampai birokrasi mengalahkan kemanusiaan,” ujarnya tegas, namun matanya berkaca.
Politisi muda yang dikenal peduli pada isu sosial ini juga menilai, peristiwa pilu di Besuk menjadi cermin perlunya pembenahan menyeluruh pada sistem pelayanan dasar.
“Pelayanan kesehatan di Probolinggo masih banyak yang perlu dibenahi. Ini momentum untuk berbenah bersama,” tandasnya.
Sementara itu, Khoirul Anam menekankan bahwa tragedi ini seharusnya menjadi alarm keras bagi seluruh pemangku kebijakan.
“Kami bagian dari pemerintah tidak ingin kejadian seperti ini terulang. Dinas Kesehatan harus melakukan evaluasi total,” ujarnya.
Nada keprihatinan serupa juga datang dari Hj. Umil, yang turut meninjau kondisi Puskesmas Besuk. Ia menyebut sarana dan prasarana di lapangan masih jauh dari kata layak.
“Saya lihat sendiri, memang banyak yang kurang memadai,” ucapnya lirih. “Kalau memang sudah darurat, jangan tunda-tunda. Atasi dulu, berkas bisa menyusul.”
Kunjungan para wakil rakyat ini bukan sekadar formalitas, melainkan panggilan nurani. Mereka datang membawa empati, tapi juga membawa harapan — agar setiap warga, di pelosok sekalipun, bisa merasakan sentuhan pelayanan kesehatan yang cepat, tepat, dan manusiawi.
Kini, masyarakat berharap suara dari rumah duka di Sindetlami itu tidak berhenti menjadi isak, melainkan menjadi awal dari perubahan. Sebab, di balik satu nyawa yang pergi, ada seruan agar sistem kesehatan daerah benar-benar berpihak pada kehidupan. (Fik)



 
                                                                    
















